Setelah beberapa kali berlatih pembutan video, Kelompok Barajafilem memutuskan untuk melanjutkan latihan sambil jalan melaksanakan kegiatan lain. Latihan berikutnya dilanjutkan dengan “bermain kertas, menggunting iklan” adalah sebuah seni menyusun gambar-gambar dari majalah ataupun koran untuk disusun kembali menjadi sebuah rajutan gambar baru, atau secara konvensional kegiatan ini disebut kolase. Kegiatan ini diawali dengan workshop singkat yang diberikan oleh Albert Rahman Putra dan Tiara Sasmita pada 23 November 2015 lalu. Continue reading Doc. Workshop Collage Art #1
Author: Komunitas Gubuak Kopi
Doc. Workshop Collage #2
Setelah melewati kolase sesi #1, kali ini kita kembali bertemu di agenda “bermain kertas, menggunting iklan” bersama Kelompok Barajafilem. Kali ini fasilitator masih bersama Albert Rahman Putra dan Tiara Sasmita, dan satu orang lagi yang juga ingin bergabungg yakni, Dinova. Siang itu kami sedikit kebingungan mencari lokasi yang bisa kami pakai. Tempat sebelumnya, sedang dipakai oleh pemilik rumah yang sedang memperbaiki motornya.
Kita sempat kebingungan, lalu anak-anak ini mengusulkan untuk melakukannya di teras Masjid tempat mereka biasa mengaji. Sore itu setelah sesi belajar mengaji selesai kami langsung minta izin pada penjaga Masjid, dan syukurlah diizinkan. Potongan-potongan majalah itu langsung berserakan di lantai, dan anak-anak ini menyerbu.
Siap siap! “Solok Milik Warga”
Coming soon! Segera menghiasi ruang publik Solok!
Aksi Warga Untuk Solok!
____________________________________
desain & typografi by @albertrahmanp
____________________________________________________
Pada tahun 2015 hingga 2016 (belanjut) Gubuakkopi meluncurkan sebuah program yang disebut Solok Milik Warga, sebuah proyek pengembangan seni sebagai media aspirasi dan ekspresi dalam mengkritisi persoalan lokal. Penelitian telah dimulai sejak September 2015 lalu dengan melakukan pemetaan masalah yang berdampak pada keapatisan warga terhadap kota ini, kota Solok. Project ini juga merupakan pengembangan dari program Aku Kita Dan Kota (me, us, and the city) dalam mengkritisi kontribusi warga terhadap kota (2012). Kali ini, Gubuakkopi mengajak pekerja dan peneliti seni untuk terlibat dalam proses riset singkat. Setiap partisipan akan diajak tinggal dan berinteraksi bersama warga selama satu minggu sekaligus memproduksi karya dengan fasilitas yang ada disekitar warga. Project ini akan dimulai pada Maret 2016 nanti.
At 2015 to 2016 (continued) Gubuak kopi community has launched a program called “Solok Milik Waga” (Solok the city of citizens), a development project of the arts as a medium of aspiration and expression in criticizing the local issue. Research has started since September 2015 and by mapping problems affecting to the citizen apathy towards this city, Solok city. This project is also the development of the program “Aku, Kita dan Kota (Me, Us, and the City) in criticizing the contribution of citizens to the city(2012). This time, Gubuakkopi invites the workers and researchers of the art engage in the process of doing some quick research and production of works in response to the city and an introduction to the form of art as a medium with all the availability of facilities. This residency activities will be implemented in March 2016. Each participant artists will be invited stay and interact with the residents for one week at a time to produce work.
Mengenal Bahasa Puitis Ivens
Pada Jumat, 06 November 2015, lalu Komunitas Gubuak Kopi melalui Sinema Pojok mengadirkan tayangan spesial bertajuk: bahasa filem yang puitis. Dalam rangkaian kurasi sederhana itu dipilih beberapa karya Joris Ivens pada awal karirnya – yang juga masa awal kehadiran filem. Karya tersebut diantaranya: Movement Studies in Paris (Studi Gerak di Paris) diproduksi tahun 1927, Regen (Hujan) produksi tahun 1929, dan A Valparaiso diproduksi tahun 1965. Continue reading Mengenal Bahasa Puitis Ivens
Sinema Pojok #3 – Spesial Ivens
Di kesempatan ke-3 ini @sinemapojok masih mengajak kawan-kawan untuk menonton karya-karya Joris Ivens. Di nomor sebelumnya kita telah mengenal sutradara berkebangsaan Belanda ini melalui #IndonesiaCalling, kali ini kita akan menonton tiga filem Joris Ivens lainnya yang sering disebut sebagai bahasa filem yang puitis. Continue reading Sinema Pojok #3 – Spesial Ivens
SINEMA POJOK #2 – INDONESIA CALLING
Indonesia Calling (Indonesia memanggil)
Director: Joris Ivens | 1946 | Australia
English & Indonesia | Subtext: Bahasa Indonesia
Durasi: 22 minutes
Indonesia Calling (Indonesia Memanggil) adalah sebuah filem dokumenter pendek Australia 1946, yang disutradarai oleh Joris Ivens dan diproduksi oleh Federasi Pekerja kemudian Waterside. Filem ini memberikan kilasan langsung pasca-Perang Dunia II Sydney sebagai serikat buruh pelaut dan pekerja pasisir menolak untuk melayani kapal-kapal Belanda (dikenal sebagai “Black Armada”) yang berisi senjata dan amunisi yang ditujukan untuk Indonesia untuk menekan gerakan kemerdekaan negara itu. Continue reading SINEMA POJOK #2 – INDONESIA CALLING
Sinema Pojok #1 – Harimau Minahasa (Malam Pembukaan Sinema Pojok)

“Ateng, seorang pemuda rantau dari Jember, bekerja di perkebunan Pala, Minahasa Utara. Kultur Minahasa Utara sendiri mayoritas berupa identitas homogen dalam sebuah sistem keyakinan tertentu: tampak dari simbol-simbol yang menghiasi sepanjang jalan pada halaman rumah-rumah penduduk. Namun, Budiono, nama asli pemuda itu, bisa diterima oleh warga untuk bekerja, dan tinggal di sebuah rumah perkebunan. Di perantauan, ia tak bisa memungkiri keterikatan identitas asal-muasal leluhurnya. Hal itu terungkap dalam alam bawah sadarnya: ia dirasuki leluhurnya sendiri. Dialog dalam peristiwa kesurupan itu mempertegas identitas asal tersebut: komunikasi yang tak terjembatani akibat perbedaan bahasa. Identitas asal merupakan hal yang selalu hadir dan menyertai Ateng di mana pun ia berada.”Ateng, a young immigrants from Jember, working on plantations of nutmeg, North Minahasa. Majority culture of this region itself is in the form of a homogeneous identity within a particular belief system: it’s look of symbols that adorn all the way in the yard of people’s houses. However, Budiono, the real name of the young man, is accepted by the citizens for work, and lived in a plantation home. Overseas, he could not deny an identity engagement to his ancestral origins. It was revealed in his subconscious: he was possessed by his own ancestors. Dialogue in the trance event reinforce the identity of origin: communication was unbridgeable due to language differences. The identity of the origin always is present and accompanies Ateng wherever he is.
Continue reading Sinema Pojok #1 – Harimau Minahasa (Malam Pembukaan Sinema Pojok)
WADADIBAKU Gelar Layar Tancap
WADADIBAKU (Wahana Pemuda Pemudi Batu Kubung) melakukan pemutaran filem Harimau Tjampa di Arena Pemuda Batu Kubung, Perumnas Atas, Solok.
20.00-wib.
Free.. untuk semua umur.
Sutradara: D. Ddjajakusuma
Tahun rilis: 1953
Bahasa: Indonesia
Subtitle: English
Sinopsis
Dengan dendam terhadap pembunuh ayahnya, Lukman (Bambang Hermanto) berguru silat di kampung Pau. Mula-mula ia minta pada Datuk Langit (Rd Ismail), tapi dimintai bayaran tiga kerbau. Akhirnya ia belajar pada seorang guru yang dilihatnya berhasil mengalahkan musuhnya dalam sebuah perkelahian. Guru ini memberi syarat agar silatnya tidak dipergunakan sembarangan. Lukman berjanji. Berulang kali janji itu dilanggar, tapi selalu dimaafkan, hingga dia tamat memperoleh ilmu silat. Janji ini dilanggar lagi saat ia tengah berjudi. Bandar judi yang menghalangi percintaannya secara tak sengaja tertusuk pisaunya sendiri. Lukman masuk penjara. Di dalam penjara itu diperoleh kepastian bahwa pembunuhan itu atas perintah kepala negeri, yaitu Datuk Langit. Lukman meloloskan diri dari penjara untuk bikin perhitungan. Datuk Langit diringkus dan diserahkan ke polisi sebagai pembunuh, sedangkan Lukman juga menyerahkan diri buat menjalani sisa hukuman. Latar belakang Minang dalam musik, petatah-petitih, adat dll
tampil dalam film ini.
Mededahkan Masalah Lewat Eksperimen Media
Batabuik Mangko e Rami
Ondeh Piaman.. Piaman tadanga langang,
Oi.. nan batabuik.. batabuik.. Mangko e rami..
(Oh Pariaman, terdengar sepi,
Oi Batabuik, baru lah ramai)