Workshop Komik bersama Zekalver Muharam

#siaranlangsungkampuang – Workshop Komik bersama Zekalver Muharam

Arsip siaran langsung – kegiatan workshop komik bersama remaja-remaja Kota Solok, dipandu oleh Zekalver Muharam. Para peserta dipandu untuk menceritakan hal-hal menarik di sekitar mereka melalui medium komik strip.
Continue reading Workshop Komik bersama Zekalver Muharam

Membingkai Isu Rantau

#siaranlangsungkampuang – Kumpulan Presentasi Membingkai Isu “Di Rantau Awak Se”

Pada 26 Februari hingga 10 Maret 2017 lalu, di Gubuak Kopi diselenggarakan lokakarya pemberdayaan media berbasis komunitas: AKUMASSA oleh Gubuak Kopi bersama Forum Lenteng. Selama lokakarya para partisipan melakukan riset dan membingkai isu-isu yang ada di sekitar lokasi Komunitas Gubuak Kopi, yakni di Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok. Hasil riset dan observasi para partisipan dipresentasikan dan didiskusikan bersama – sama. Presentasi itu dilaksanakan di Gubuak Kopi dan disiarkan langsung melalui akun media sosial facebook Komunitas Gubuak Kopi. Berikut beberapa arsip presentasi tersebut.

Continue reading Membingkai Isu Rantau

Sosialisasi Seni Media

Direktorat Kesenian, Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 3-4 April 2017 lalu, melakukan kegiatan Sosialisasi Seni Media, sebagai rangkaian menjelang Pekan Seni Media di Pekan Baru, Riau, pada Juli 2017 nanti. Kegiatan ini diadakan di beberapa kota di Indonesia, salah satunya di Padangpanjang, Sumatera Barat. Di sini, Direktorat Kesenian Kemendikbud, berkerja sama dengan mitra lokal antara lain, Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang dan Gubuak Kopi. Continue reading Sosialisasi Seni Media

Di Rantau Kita Terlibat dan Merekam

Catatan dari presentasi publik & open studio “Di Rantau Awak Se”

Solok adalah sebuah kota kecil di dataran tinggi Sumatera Barat. Terdiri dari 2 kecamatan dan 13 kelurahan, dengan penduduk sekitar 68.000 jiwa. Seperti halnya masyarakat Minangkabau umumnya, masyarakat Solok juga memiliki tradisi merantau, bahkan hingga saat ini. Banyak generasi saya yang ingin ‘mencari kehidupan yang lebih baik’ di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Padang, dan lainnya. Motifnya bermacam-macam; tradisi, gengsi, ‘mengadu nasib’, belajar sementara, ingin hidup lebih baik, kota Solok yang tidak menjanjikan, dan sebagainya. Dan kini, di saat yang sama, Solok juga menjadi kota rantau bagi etnis lain. Tidak sedikit saya menyaksikan para perantau di negeri perantau ini ikut berkontribusi untuk pembangunan kota Solok. Continue reading Di Rantau Kita Terlibat dan Merekam

Sedikit Tentang Taman Syech Kukut

Tanggal 28 Februari 2017, dimulai dengan perbincangan bersama warga setempat di Kampung Jawa, Kota Solok, tentang bagaimana pandangan masyarakat mengenai Taman Syech Kukut. Dari persepsi beberapa warga yang saya temui, banyak sekali bisa diulas dan itu penting juga bagi warga Solok itu sendiri untuk diketahui. Salah satu warga, bernama Bang Vicky, mengatakan bahwa sebelum nama “Taman Syech Kukut” yang baru diresmikan beberapa bulan yang lalu, taman ini dulunya lebih dikenal sebagai Ruang Terbuka Hijau, atau dikenal juga dengan sebutan “Tamkot” (Taman Kota) di Solok. Kini, taman itu lebih terlihat sebagai area untuk ajang berekreasi keluarga ataupun muda-mudi. Continue reading Sedikit Tentang Taman Syech Kukut

Jamu Malam

Di Kota Solok, terdapat gerobak-gerobak dorong yang menjual jamu pada malam hari, biasa disebut gerobak jamu malam. Warga masyarakat biasa menyebut jamu yang dijual tersebut dengan nama aia daun kacang (berarti ‘air daun kacang’ dalam bahasa Indonesia). Pedagang aia daun kacang berjualan di lahan parkir Pasar Raya Solok, di dekat Tugu Carano. Tapi ada juga yang berjualan di pinggir jalan depan Pertokoan Bundo Kanduang. Mereka mulai berangkat dari rumah sekitar pukul 17:00 WIB dan pulang tergantung kapan habisnya dagangan yang mereka bawa. Perkiraan lama waktu buat mereka berjualan adalah sampai pukul 01:00 dini hari. Di dekat rumah saya, ada beberapa orang yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang aia daun kacang. Salah satunya yang saya kenal betul adalah keluarga Pak Gaek, begitu saya biasa menyebutnya. Continue reading Jamu Malam

Mini Market Malam Solok

Di sini, saya mau bercerita tentang sebuah mini market di Solok. Orang-orang di sini lebih sering menyebutnya Kedai. Akan tetapi, kedai  yang saya maksud beda dari yang lain. Orang Solok menyebutnya “Kadai Garobak” (berarti ‘kedai gerobak’ dalam bahasa Indonesia). Kedai gerobak ini sudah mulai banyak di Kota Solok, sekarang hampir di setiap sudut Kota Solok bisa kita temui kedai yang berjenis “kadai garobak” ini.

Suasana malam hari di Kota Solok, waktu bagi para pedagang gerobak di malam hari. (Foto: Volta Ahmad Jonneva).

Continue reading Mini Market Malam Solok

Parantau yang Berdagang Rempah

Keluar dari sebuah kota, tempat di mana kita lahir dan tumbuh, memanglah berat. Harus jauh dari keluarga, teman, dan saudara. Di situlah proses pendewasaan diri. Jika dulu cuma bisa bergantung dengan orang tua, di saat kita keluar dari zona nyaman itu, banyak peristiwa terjadi dan harus dihadapi sendiri. Bertemu dengan orang baru, tradisi baru, adat berbeda, dan hal yang jarang ditemui di kota asal. Semuanya tergantung dari diri masing-masing, bagaimana cara menangapi hal baru, dan cara bersosialisasi di daerah asal, pasti akan memengaruhi pola pikir dan hidup kita di rantau. Continue reading Parantau yang Berdagang Rempah

Bundo Kanduang

Minggu lalu, 26 Februari 2017, Gedung Galeri Gubuak Kopi yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso No. 427, Kelurahan Kampung Jawa, menjadi tempat berkumpulnya Bundo Kanduang se-kota Solok. Acara berkumpul ini disebut juga sebagai Arisan Bundo Kanduang.

Salah satu dokumentasi yang dianggap sebagai foto Bundo Kanduang. Foto diakses dari http://www.ikanako.com/2016/08/02/bundo-kanduang-di-minangkabau/

Continue reading Bundo Kanduang

Mengenal Kampung Jawa Lewat Fotografi

Artikel ini ditulis secara kolaboratif bersama Delva Rahman, Tiara Sasmita, Maria Christina Silalahi, dan Volta Ahmad Jonneva.


Kami menyapa warga di Kampung Jawa, sebuah kelurahan di Kota Solok, lewat kegiatan membuat fotografi tentang rumah dan orang-orangnya. Teman-teman saya, yakni Delva, Volta, dan Maria (ketiganya adalah pegiat Komunitas Gubuak Kopi) di hari Jum’at, 3 Maret 2017, berkeliling di sekitaran Jalan Yos Sudarso untuk mengenal lebih akrab sebagian besar masyarakat setempat di Kampung Jawa, khususnya yang berdekatan lokasinya dengan markas Gubuak Kopi. Delva, Volta, dan Mariadatang dari markas Gubuak Kopi menuju pintu ke pintu rumah setiap warga, meminta izin penghuninya untuk mendokumentasikan bangunan tempat tinggal dan bertanya-tanya tentang pekerjaan atau profesi mereka. Continue reading Mengenal Kampung Jawa Lewat Fotografi