Kira-kira dua minggu setelah lebaran (2015), suasana Singkarak yang sebelumnya ramai sudah berangsur normal. Jalanan sudah mulai sepi lagi, hanya sampah-sampah yang bertambah banyak. Siang hari, saya mampir di sebuah kedai nasi di tepian Danau Singkarak di daerah Tikalak. ‘Riak Danau’, begitu tertulis di depan warungnya. Di sana, saya bertemu seorang perempuan paruh baya. Dia adalah pemilik warung itu. Continue reading Letusan di Riaknya Danau
Tag: Singkarak
Hari itu Singkarak Begitu Tenang
Hari itu Singkarak begitu tenang, setelah hujan yang gemuruh, angin yang mengombak, sampah-sampah tersangkut..
Hari itu Singkarak air nya begitu jernih.. ikan-ikan bermain, cantik.. nelayan mulai beraksi. Continue reading Hari itu Singkarak Begitu Tenang
Pertemuan Tangaya dan Singkarak
Suasana air tangaya (sungai) Saniang Baka yang coklat bertemu dengan perairan danau Singkarak.
Muaro Tangaya, Saniangbaka – Singkarak.
Albert Rahman Putra, Juni 2015
Cannon di Tepian Saniangbaka
Ditepian danau Singkarak di dekat Muara Tangaya (Muara Sungai, di Saniang Baka)
oleh Albert Rahman Putra
Singkarak, Juni 2015
Singkarak dari Kedai Pak Madi
Video ini adalah rekaman pendek suasana Singkarak yang mengalami kekeringan panjang dari Juni hingga awal Oktober 2015. Kemarau ini juga dipicu oleh kiriman asap dari provinsi tetangga: kebakaran hutan di Riau dan Jambi.
Oleh Albert Rahman Putra,
Singkarak, Oktober 2015
_________________________
#singkarakdaridekat
Menjaring Ikan Di Muara Sumpur
Menjaring adalah cara yang biasa digunakan oleh penangkapo bilih di Sumpur. Namun sekarang aktivitas ini mulai berkurang karena susahnya untuk mendapatkan ikan sejak dua tahun terakhir. Ikan bilih berkurang secra drastis, menurut para nelayan hal ini diakibatkan oleh praktik-praktik ilegal fishing disekitar lokasi ini.

silahkan baca artikel terkait di akumassa :
Bilih: Ikan Kecil Kita yang Hampir Habis, dan Keluarganya Di Perairan Toba
___________________________________
Koleksi foto: Albert Rahman Putra (2015) | akumassa bernas
Bilih: Ikan Kecil Kita yang Hampir Habis, dan Keluarganya Di Perairan Toba
Bilih adalah nama jenis ikan langka yang konon hanya hidup di perairan Danau Singkarak. Baru pada kisaran 2000-an, peneliti dari Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan Dan Perikanan, Departemen Kelautan Dan Perikanan, mengintroduksi spesies ini ke perairan Danau Toba. Di sana, bilih berkembang menjadi dua bentuk. Yang satu, berukuran lebih besar, sekitar dua sampai tiga jari orang dewasa. Yang lainnya berukuran biasa, satu sampai dua jari orang dewasa, mirip dengan bilih Singkarak, namun untuk dimakan rasanya jauh berbeda. Bilih yang berkembang di Toba tersebut, oleh masyarakat lokal disebut ikan Pora-pora, diambil dari nama ikan yang telah punah di sana. Ikan Pora-pora ini kemudian dijual lagi ke kampung halamannya, Singkarak. Di sini, keluarga yang berkembang biak di Toba itu lebih akrab disebut Bilih Medan. Rasanya lebih pahit, kadang hambar, dan ia juga beredar dalam kemasan berlabel Bilih Singkarak. Continue reading Bilih: Ikan Kecil Kita yang Hampir Habis, dan Keluarganya Di Perairan Toba
Lukisan Lampau: Kabar Indah di Singkarak
Tahun 1905, Eugen Koehler dan putranya Woldemar Koehler pemilik sebuah penerbitan di Jerman, menerbitkan beberapa karya lukis Earnts Haeckel dengan judul Wanderbilder, atau dalam bahasa Inggris “Travel Images”. Haeckel adalah seorang profesor biologi di University of Jena. Ia juga dikenal sebagai pelukis naturalis berkebangsaan Jerman yang juga pengikut setia, pelestari, dan pengembang filsafat Darwinisme di Eropa. Wanderbilder adalah sebuah kumpulan lukisan pemandangan dari tempat-tempat indah yang pernah ia kunjungi di daerah tropis selama melakukan pendataan spesies makhluk hidup. Salah satu dari banyak lukisan itu, terselip sebuah pemandangan kampung di tepian danau dengan latar bukit yang berdempetan. Saya menemukannya secara terpisah di internet. Danau itu adalah Danau Singkarak, tertulis di sisi kiri lukisannya dengan tanda tahun 1901.1 Kalau ditanya, sejak kapan masyarakat dunia mengenal Singkarak, mungkin itu adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Tapi setidaknya publikasi lukisan Haeckel ini menunjukan bahwa keindahan visual danau Singkarak sudah terkabar hingga Jerman sejak 1905.2 Continue reading Lukisan Lampau: Kabar Indah di Singkarak
Muara Lembang
I – Pak Mali
Di sebuah sisi danau seekor bangau terbang tanpa koloninya. Sepertinya dia tengah tersesat. Danau diselimuti kabut, seberang tak tampak. Tapi seskali hembusan angin menyibak, orang-orang diseberang sepertinya baru saja panen dan membakar tumpukan jerami mereka. Di dekat saya, sorang wanita terlihat anggun dengan sapu lidinya yang seakan tengah mendayung tanpa sampan. Dia dia tidak sedang berandai-andai mendayung sampan, apa lagi memparodikan cerita nenek sihir yang terbang dengan sapu lidinya. Perempuan ini tengah menyapu sampah yang melayang-layang di perukaan danau Singkarak. Continue reading Muara Lembang
Singkarak: Kisah-kisah Malam Para Pemancing
Singkarak malam itu sebenarnya tidak begitu dingin, tapi angin bertiup kencang. Berbeda dengan Kota Padangpanjang yang akan tetap dingin dengan angin yang bertiup kencang ataupun tidak. Hawa dinginnya langsung terasa ke tulang-tulang dan membuat daun telinga menjadi sangat dingin. Continue reading Singkarak: Kisah-kisah Malam Para Pemancing